Ketika mendengar kabar akan berkunjung ke Pulau Buton, saya riang sekali. Satu pulau yang namanya sudah saya dengar sejak zaman SD akhirnya bisa saya kunjungi.
Ke pulau Buton, saya menuju Koa Baubau, sebuah kota pesisir nan bersahaja namun tergolong pesat pembangunannya. Meskipun hanya beberapa titik jalan saja yang ada lampu lalu lintas, namun kota ini sudah ada mall, hypermarket, dan restoran cepat saji. Super kerennya, kota ini adalah seindah-indahnya gambaran saya akan sebuah kota: di pinggir laut.
Kota yang pesat perkembangannya ini juga menyimpan kearifan lokal seperti sejarah, budaya menenun, dan yang pasti alam yang mempesona. Bersama perusahaan cat Pacific Paint, saya menjelajah kota ini dan takjub, karena bagi saya kota ini benar-benar menjadi salah satu hidden gem di timur Indonesia. Inilah cerita, tentang sebuah kota kecil di Sulawesi Tenggara.
Kota yang pesat perkembangannya ini juga menyimpan kearifan lokal seperti sejarah, budaya menenun, dan yang pasti alam yang mempesona. Bersama perusahaan cat Pacific Paint, saya menjelajah kota ini dan takjub, karena bagi saya kota ini benar-benar menjadi salah satu hidden gem di timur Indonesia. Inilah cerita, tentang sebuah kota kecil di Sulawesi Tenggara.
Begitu tiba di Baubau, saya langsung menuju dermaga Topa, hendak menyeberang ke Pulau Luwitonkidi alias Pulau Ular yang jaraknya hanya 30 menit dari Kota Baubau. Pulau ini kecil dan tidak berpenghuni. Meskipun namanya menyeramkan, namun kabarnya sebutan ularnya berasal dari cerita adanya habitat ular laut yang hanya terdapat di beberapa titik laut sekitar pulau. Jadi pulaunya sangat aman. Pulaunya sendiri begitu indah. Padang rumput nan lapang, pohon kelapa yang melambai, pasir putih lembut, dan air yang jernih sebening kristal adalah pemandangan yang sanggup membuat diri ini diam berlama-lama malas beranjak. Padang rumputnya juga adalah tempat yang sangat asik buat jadi latar foto-foto.
Sore itu di Pantai Nirwana adalah sore yang begitu manis. Pantai ini benar-benar indah sekali. Pasir putih landai yang lapang, air jernih sebening kristal, dan lembayung senja super eksotis sukses membuat saya terdiam selama beberapa saat hari itu. Sambil ngemil jajanan pentol ikan tuna yang jadi camilan khas kota Buabau, sore saya semakin sempurna dengan hadirnya kelapa muda. Ketika senja mulai menyentuh cakrawala, saya mendekat ke bibir pantai. Saya hirup dalam-dalam udara bersih dan tersenyum menatap matahari yang pamit. Doa saya, agar keindahan ini selalu terjaga. Sore itu, senja itu, hanya bisa mengucap indahnya senja di Nirwana.
Tujuan utama saya ke Baubau adalah berkunjung ke Kampung Tenun Warna Warni di Desa Topa Sulaa, Kecamatan Betoambari. Kampung tenun tertua di Baubau ini hendak diresmikan sebagai Kampung Tenun Warna Warni oleh perusahaan cat tertua di Indonesia Pacific Paint, sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan untuk memberi kembali kepada masyarakat di ulang tahun perusahaan ke 75.
Saya sendiri sangat mengapresiasi program Pacific Paint ini. Perusahaan ini ternyata memang begitu dekat dengan masyarakat Topa, yang sejak puluhan tahun lalu telah menggunakan produk Glotex yang adalah cat kayu dan besi dari Pacific Paint untuk mewarnai perahu-perahu nelayan mereka. Konon, cat dari Glotex yang waranya cerah akan menarik ikan-ikan untuk mendekati perahu dan menambah tangkapan nelayan. Saya tersentuh, melihat para nelayan begitu senang ketika perusahaan yang telah mereka percayai selama puluhan tahun kini memberikan bantuan untuk memajukan kampung halaman mereka yang begitu sederhana namun kaya ini.
Di desa Topa, yang unik adalah masih bertahannya Banua Tada, rumah tradisional Buton. Rumah panggung ini dinamakan Banua Tada dari kata Banua yang berarti rumah, dan Tada yang berarti siku, karena memang terdapat banyak sudut siku-siku di bangunannya. Rumah ini begitu fungsional di setiap bagiannya. Kolong rumah tidak dianggurkan begitu saja, namun menjadi tempat berkreasi kaum wanita menenun ketika para lelaki pergi melaut. Nah, kreasi tenun inilah yang telah dikenal selama berpuluh-puluh tahun dan menjadi identitas kampung ini.
Banua Tada kemudian menjadi menarik karena dicat warna-warni dan dilukis mural dengan cat Glotex dan Metrolite dari Pacific Paint. Lukisan di bangunan rumah uniknya membentuk motif kain tenun yang jadi daya tarik utama kampung ini. Saya senang sekali berlama-lama di kampung ini. Pohon kelapa menjulang, pasir halus, serta semilir angin pesisir yang semilir benar-benar membuat betah.
Banua Tada kemudian menjadi menarik karena dicat warna-warni dan dilukis mural dengan cat Glotex dan Metrolite dari Pacific Paint. Lukisan di bangunan rumah uniknya membentuk motif kain tenun yang jadi daya tarik utama kampung ini. Saya senang sekali berlama-lama di kampung ini. Pohon kelapa menjulang, pasir halus, serta semilir angin pesisir yang semilir benar-benar membuat betah.
Baubau bagi saya kota yang sungguh berkesan. Pesona laut, makanan, budaya, sejarah, dan manusianya membuat saya bertekad suatu hari nanti akan kembali lagi ke kota ini. Semoga.
Menuju Baubau
Pesawat Jakarta - Makasar / Kendari - Baubau. Bisa juga naik kapal laut dari Makasar / Kendari. Peningapan ada banyak di pusat kota dan masih relatif murah, namun yang cukup dikenal bagus adalah hotel Galaxy Inn.
Asik kayaknya ke sini naik kapal laut.
ReplyDeleteBanget kaak... Aku juga kepengen ke sini naik kapal.. Makasar, Muna, Baubau, Wakaktobi... duuh
DeleteMembaca cerita ini, aku jadi kangen ama kota Bau Bau, pantai Nirwana yang indah, benteng yang sangat luas, tapi belum ke kampung warna warni nya Ghana
ReplyDeletekesana naik apa dan berapa? thanks ya kak
ReplyDeletePertama kali saya dengar nama kota Baubau itu karena dulu waktu SD ada teman pindahan dari sana. Semakin ke sini semakin tahu ternyata di Baubau banyak tempat yang menarik untuk dieksplorasi, mulai dari bentengnya sampai rumah adat khas Sulawesi Tenggara. Baca cerita ini jadi kepengen merencanakan liburan ke sana.
ReplyDeletewahhh tenunnya bagus bagus mas, keren
ReplyDeleteSemoga suatu hari saya bisa traveling ke sana