Saya pernah berdagang di pasar ini. Hanya kuat sebulan saja. Namun, pasar ini sebenarnya begitu ramai. Tidak berbeda keadaannya dari puluhan tahun lalu, ketika kawasan pecinan ini menjadi pusat keramaian kala Imlek menjelang.
Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu malam, Pasar Semawis buka dan menyediakan ragam kuliner. Tempat ini menjadi pilihan saya dan teman-teman jika ingin bersantai menikmati keramaian pasar di waktu malam sambil menyantap kuliner yang beragam.
Berlokasi di Gang Warung daerah Pecinan Semarang, pasar ini merupakan jalan yang ramai untuk kegiatan perniagaan di siang hari. Petang hari setiap akhir pekan, mulai jam 4 sore jalanan dikosongkan, tenda-tenda pedagang didirikan. Jam 10 malam, barulah pasar ini selesai melayani penjualnya.
Kuliner yang dijual begitu beragam. Mulai dari yang tradisional dan non-halal seperti Bakcang, Aneka Mie, Sate Babi, Es Conglik, Jamu Jun, hingga yang modern seperti telor gulung, Es Kepal, Pangsit Keju, dan ragam kreasi minuman artisan. Dijamin bingung jika datang ke pasar ini, karena banyaknya jualan yang menggoda untuk dibeli.
Salah satu jualan yang patut dicoba adalah Jamu Jun. Saya sangat senang masih ada satu penjual Jamu Jun di pasar ini, karena mencari minuman kesehatan khas Semarang ini sudah sangat sulit. Jamu Jun sendiri adalah minuman wedang yang terdiri dari rempah-rempah yang memberikan sensai hangat di badan. Cocok diminum ketika sakit, atau untuk menjaga daya tahan tubuh.
Oiya, selain makan-makan tempat ini asik untuk duduk berlama-lama berbagi cerita dengan teman, pacar, atau sahabat. Banyak muda-mudi hingga orang dewasa bertukar cerita dan tawa di kursi-kursi plastik yang tersedia. Di salah satu sudut, bahkan ada pojok karaoke lagu-lagu lawas buat generasi pecinta nostalgia. Riuh-rendah sekali pasar ini.
Kenangan akan keramaian pasar Pecianan di masa lalu yang ramai menjelang imlek kini eksis dalam pasar malam Semawis di setiap akhir pekan. Memadukan yang lalu dan kini, untuk mencipta nanti yang pasti.
Mereka yang nongkrong gembira |
Jamu Jun, minuman tradisi masa lalu |
0 comments:
Post a Comment