Oei Tiong Ham adalah seorang kaya raya yang berasal dari Semarang. Menjadi salah satu orang termashyur di Asia Tenggara karena berdagang gula adalah takdirnya. Ada banyak sisa-sisa masa jayanya masih kokoh berdiri, namun tak banyak yang mengetahui bangunan itu adalah sederetan saksi bisu kisah sang raja gula.
Saya termasuk orang yang suka merunut kisah Oei Tiong Ham. Senang sekali rasanya, ketika mendapat pesan dari mbak Uniek untuk berbuka puasa bersama di Restoran Pringsewu Kota Lama semarang yang baru saja dibuka. Usut punya usut, bangunan ini adalah peninggalan Oei Tjie Sin, ayah Oei Tiong Ham ketika merintis bisnis pertama kalinya. Senang rasanya, satu lagi "petilasan" sang raja gula saya kunjungi.
Restoran Pringsewu Semarang terletak di Jalan Suari No.10 Kawasan Kota Lama Semarang. Fasad bangunan masih terjaga, menampilkan arsitektur Hindis dengan jendela-jendela tinggi, dan kayu-kayu besi sebagai lantai dan ornamen langit-langit. Berdiri sejak 1 Maret 1862, bangunan yang dulunya bernama NV Handel Matschappij Kian Gwan ini masih kokoh dan ternyata memiliki banyak ruangan di dalamnya.
Pertama kali masuk, saya langsung disambut ruangan lobby yang sudut-sudutnya sudah direnovasi. Suasana berubah menjadi ala modern rustic berpadu dengan Scandinavian, dengan ruangan yang berpendingin udara. Ternyata, di lantai dasar juga ada sebuah open space yang cocok untuk out door seating seperti pesta atau sekadar ruangan untuk merokok. Di sudut lantai dasar juga ada Musholla dan toko oleh-oleh. Sensasi bangunan tua masih terasa, namun juga tetap bersih dan modern di beberapa sisi.
Saya kemudian naik ke lantai dua tempat acara buka bersama. Lantai dua ini ternyata cukup luas, dengan layout ruangan seperti sebuah aula pertemuan. Cocok untuk yang ingin mengadakan acara grup seperti meeting, buka bersama, reuni, dan tentunya jamuan makan kelompok tour yang sedang berwisata di Kota Lama. Kabarnya, masih ada ruangan luas lainnya yang akan segera tersedia. Maklum, restoran ini masih sangat baru jadi banyak juga yang masih dipersiapkan.
Sore itu ada beberapa menu yang disajikan. Semuanya masakan Indonesia berpadu dengan gaya masak ala peranakan, terlihat dari melimpahnya bawang putih goreng yang menjadi taburan di beberapa hidangan. Yang jelas ada satu makanan yang cukup menarik perhatian hari itu selain ragam menu Gurame yang disajikan, yaitu Nasi Bandem.
Nasi Bandem adalah menu istimewa dari Restoran Pringsewu Semarang. Menu ini merupakan nasi kepal yang di dalamnya ada isian teri dan disajikan bersama lauk-pauk seperti telur dadar, bakso goreng, tahu, tempe, ayam, dan sambal. Unik, karena bentuknya yang tidak biasa seperti onigiri namun khas Indonesia. Menu ini hanya tersedia di Restoran Pringsewu Semarang saja, tidak ada di Restoran Pringsewu cabang lainnya.
Waktu berbuka puasa tiba, saya kebagian menu ikan gurame pecak, dan buncis yang digoreng tepung ditaburi bawang putih goreng. Ikan gurame pecak cukup membuat lidah saya terlena. Paduan rempah yang pedas, wangi, dan kental menyatu dengan ikan gurame yang masih manis dagingnya. Sensasi ketika kuah dan daging ikan menyatu dengan nasi yang pulen namun tidak lembek benar-benar meningkatkan nafsu makan. Senangnya juga ikan guramenya tidak ada rasa tanah, seperti yang kadang ditemukan di ikan air tawar yang jelek perawatan budidayanya. Pemilihan yang cermat dari restoran ini pada bahan baku masakannya tentunya menjadi nilai lebih.
Buncis goreng tepungnya juga renyah di luar lembut di dalam. Tepungnya tidak sekadar tepung yang tanpa rasa, namun tepung bumbu yang dari gigitan pertama langsung jelas terasa di lidah, menjelaskan kalau bumbu masakan ini kuat dan pas. Taburan bawang putih gorengnya benar-benar memperkaya cita rasa. Cocok diambil untuk ditaburkan di atas nasi dan memberikan sensasi kriuk ketika dikunyah.
Nasi Bandem |
Gurame Pecak |
Jus jambu dan tempe mendoan menjadi penutup santapan petang itu. Tempe mendoannya ternyata memang tidak sesuai dengan ekpektasi saya yang berharap merasakan mendoan khas Purwokerto di Semarang. Mendoannya hanya sekadar tempe goreng tepung biasa. Memang belum ada rasanya tempat di luar Purwokerto yang menyajikan mendoan seenak penganan khas kebangaan wong Banyumasan itu. Namun, sambal cocolan tempe mendoannya enak. Sudah hampir mendekati sambal cocol tempe mendoan asli Purwokerto.
Lebih dari semua kelezatan masakan itu, yang jelas saya senang berkunjung ke Restoran Pringsewu karena narasi Oei Tiong Ham-nya. Membayangkan sang raja gula remaja bermain di kantor ayahnya, atau membayangkan Oei Hui Lan anak Oei Tiong Ham berkunjung melihat aset-aset mereka di masa lalu adalah imajinasi yang sangat menyenangkan bagi saya. Di restoran ini, sebagian peradaban Asia Tenggara pernah tercipta. Jalur gula yang mahsyur, kisah sosialita dari Oei Hui Lan, kayanya Oei Tiong Ham, dan majunya Semarang karenanya, pernah disaksikan oleh sudut-sudut bangunan yang kini menjadi Restoran Pringsewu Semarang.
Bagus banget sih tempatnya. Gak liat tempatnya yang mana di Kota Lama....
ReplyDeleteJadi selain milo kepal, juga ada nasi kepal ya hehe. Nasi Bandem jadi menu wajib nih kalo di sini.
ReplyDeleteKamu lebih suka mengambil gambar bangunan dengan fokus ke satu area tertentu ya. Aku penasaran sama penampakannya keseluruhan :D