Di sebuah lantai dasar dari blok perumahan HDB alias rumah susun khas Singapura di North Bridge Road 10, terdapat kedai kopi tua nan bersahaja. Heap Seng Leong namaya.
Saya menuju kedai ini berjalan kaki. Waktu sudah hampir tengah hari, matahari menyengat panas sekali. Sedikit telat memang menuju sebuah kedai kopi di siang hari seperti ini. Kedai kopi terlebih kopitiam tentu adalah sahabat menyambut pagi. Tempat yang menjadi ruang sarapan dan obrolan tentang topik koran pagi menyeruak di meja-meja yang diam mendengarkan bualan para pengunjungnya.
Heap Seng Leong adalah satu dari sedikit kopitiam tradisional di Singapura yang masih bertahan. Begitu bersahaja, kedai kopi ini menyambut saya dalam cat-cat dindingnya yang mulai lusuh. Beberapa sudut seperti meja kasir bahkan jauh dari kesan rapi. Toples-toples plastik berjejer kosong, beberapa berisi plastik kresek, beberapa lagi berisi sisa-sisa remahan roti.
Di sudut lain, berdiri lemari tinggi, tempat menaruh tumpukan piring, gelas, dan segala bahan pembuat kopi dan roti. Di tempat itulah pak tua - pemilik kedai yang pemalu dan tertutup langsung meracik minuman andalannya: Kopi Gu You. Kopi Gu You atau yang dikenal dengan Bullet Proof Coffee adalah kopi dengan campuran butter.
Kopi ini kabarnya sangat besar energinya, cocok bagi mereka yang butuh energi besar dalam berkerja. Sayang, asam lambung saya cukup tinggi, jadi sebisa mungkin menghindari kopi. Saya cukup minum Ice Tea O, alias es teh manis. Namun, tak lupa memesan Roti Bakar Srikaya yang juga jadi legenda.
Pengunjung kedai hari itu masih relatif ramai. Meja-meja marmer bundar terisi sebagian. Yang datang ke kedai ini dari kalangan yang beragam. Ada muda-mudi dengan pakaian rapi yang tampaknya sedang berbicara perihal bisnis, ada juga orang-orang tua yang lebih banyak diam memperhatikan suasana sambil membunuh waktu. Orang-orang tua ini ramah, mereka tidak jarang tersenyum pada yang datang. Generasi tua Singapura yang tidak berbeda dengan orang-orang tua lainnya: suka berteman.
Di antara orang-orang tua yang duduk di kedai hari itu, saya bertemu kakek W. Lee. Mungkin saja saya salah melafalkan namanya, karena beliau hanya mengiyakan saja ketika saya tunjukkan hasil ketikan namanya di layar ponsel saya. Namun, kakek Lee sangat ramah. Awalnya, beliau bisa menebak bahwa saya dari Indonesia dan kemudian obrolan pun berlanjut.
Kakek Lee yang ramah |
"Are you from Jakarta?" Tanya Kakek Lee
"No. Ngai Khuntien aaa, West Borneo" Jawab saya dengan bahasa Hokkian seadanya agar lebih familiar dengannya.
"Ahh, saye pernah kerje di Borneo, lalu Jawa Timur" Jawab Kakek Lee dalam bahasa Melayu.
"Udah tua, balek. Kasian istri ditinggal" Tambahnya sambil berkelakar.
Obrolan pun berlanjut tentang beliau dan istrinya, tentang sakit stroke yang dideritanya, dan tentang Singapura yang panas, serta tentang rumahnya yang berlokasi di atas kedai kopi. Senang sekali hari itu, saya bertukar cerita singkat dengan orang asing yang ramah, pelengkap nikmatnya rasa dari es teh manis dan roti srikaya.
Oiya, untuk rasa selai srikayanya, saya masih lebih suka srikaya di Warung Kopi Suka Hati di Pontianak. Warung kopi yang mirip sekali dengan Heap Seng Leong. Namun, untuk roti saya lebih suka di Heap Seng Leong, karena lebih lembut dan aromanya sangat khas.
Baca tulisan tentang Warkop Suka Hati
Heap Seng Leong bagi saya adalah satu lagi kumpulan mozaik tentang uniknya budaya ngopi di kota-kota sekitaran Selat Karimata. Tidak hanya sekadar untuk tempat minum dan sarapan, kedai kopi ini adalah saksi peradaban tentang berbaurnya banyak ragam budaya. Datanglah ke Heap Seng Leong, nikmatilah sisi lain Singapura yang lebih bersahaja, tua, dan ramah di kantong. Sungguh, harga di sini amat murah.
Roti bakar srikaya dan minuman pendampingnya |
Kakek pemilik dan peracik Heap Seng Leong |
Roti dan teko dipanaskan di atas arang |
Meja kerja peracik minuman. |
Heap Seng Leong Coffeeshop, 10 N Bridge Rd,
#01-5109, Singapore 190010 | Opening hours: 4am-8pm
Aku drtd msh ngebayangin apa rasa kopi dicaampur butter :p. Pernah sekali nyoba teh dicampur butter pas di seoul, dan jujurnya ga suka hahahah. . Tp kalo ke singapur sih, aku bakal ttp coba kopi butter ini. Ga bakal mutusin ga suka, sebelum bener2 coba :p
ReplyDeleteSiaap kaaa... ini kayanya enak sih, soalnya jadi favorit bertahun-tahun juga..
DeleteAku selalu suka ke kedai-kedai kopi peranakan di Singapura dan Malaysia. Wah harusnya kamu ajak aku ke sana, nanti aku yang icipin kopinya haha.
ReplyDeleteAku sendiri nggak harus pagi-pagi buat ngopi. Sampai tengah hari pun kalau belum menyeruput kopi, mampir ke kedai kopi akan tetap terasa nikmat.
Asik yaa kak kedai-kedai kopi peranakan itu... Hahaha kapan-kapan trip bareng deh kita jelajah warung kopi peranakan yaaa
DeleteKemarin aku kesini mas.
ReplyDeleteyang ngelayanin juga masih 2 orang itu, bajunya juga sama polll....
$2.4 buat butter coffee n toasted bread