Saya sering disuruh buat review film sama teman-teman. Tapi saya
malas karena merasa sudah cukup menjadi penikmat tanpa harus banyak
cing-cong. Lagian tahu apa saya soal film dan review film. Kalo disuruh
review hotel mah saya ayuk hahaha.
Tapi, kali ini saya mau nulis review ala-ala, bahkan review ala kadarnya tentang sebuah web series yang tayang di Youtube. Ceritanya saya suka nimbrung-nimbrung sama si pembuat web seriesnya di Twitter. Sebagai tanda terimakasih saya sudah sering ditanggepin, saya coba tulis deh kesan saya tentang web series ini.
Jadi, web seriesnya berjudul ANJAS yang tayang di Youtube
Provoke Magazine. Web series ini dibuat oleh salah satu kontributor
Provoke favorit saya Candra Aditya. ANJAS itu singkatan Anak
Muda Jaman Sekarang. Meskipun saya gatel karena harusnya Jaman itu
ditulis Zaman, tapi saya mafhum karena ya namanya juga anak jaman
sekarang, mana penting lagi sih berbahasa yang sesuai kaidah KBBI. Tapi
emang kerenan judulnya ANJAS sih dari pada ANZAS yang lebih mirip nama
biro kuliah ke luar negeri, ato lebih parah, lembaga amil zakat.
Yak sip garing.
Singkatnya,
web series ini bercerita tentang kehidupan anak zaman sekarang,
lika-likunya, obrolannya, dan tempat berkumpulnya. Ada lima tokoh di web
series ini. Ada Firman si anak tajir tapi super annoying yang bapaknya
terCELUP di KPK, ada Jaya si jomblo menahun yang desperate amat sampai
bersahabat dengan baby oli, ada Sissy yang obrolanya soal pacaran mulu
but I think she is one of the important keys for the stories, ada Adrian
yang OMG super charming dan buat orang yang demen bisa rela ngangkang
demi dia, dan Yoga si anak pendiam calon-calon SJW.
Waktu tulisan ini dibuat, udah ada dua episode yang tayang. Jujur web series ini sangatlah sederhana. Tapi kalau pernah menonton karya Chandra Aditya sebelumnya, kekuatannya menurut saya memang bukan pada pengalaman sinematik sempurna, tapi pada cerita. I always love how he creates symbols, dan buat saya simbol-simbol itu mampu mengantarkan pesan yang ingin disampaikan. Toh SITI yang sederhana bisa mengalahkan film-film lain buat jadi juara FFI karena ceritanya nan kuat kan.
Tapi
yang jelas rekor Jaya masih belom bisa ngalahin saya yang nggak kenal
satupun anak kosan setelah ngekos hampir dua tahun. Maklum anaknya
introvert, bisa depresi kalo diajak ngobrol orang lain.
Cerita
ANJAS ini akan hambar banget kalo nggak ada kehadiran Sissy. Gadis
ceria ini saya acungi jempol karena memakai PURBASARI LIPSTIK HARGA KAKI
LIMA RASA BINTANG LIMA yang populer banget dari karyawan Korporat
sampai mbak SPG Ramayana. Purbasari ini kata teman-teman cewe saya emang
bagus banget buat bibir. Buktinya susah banget nyarinya kalau nggak
belanja di online shop karena pada diserbu mbak-mbak. Loh kok jadi
Purbasari?
Lanjut!
Saya suka banget dengan cara si Sissy ini
mencairkan suasana di kosan yang isinya terong semua itu. Seperti yang
saya bilang di paragraf pengenalan tokoh tadi, Sissy ini seperti
pengendali cerita akan mengarah kemana. Aktingnya yang renyah, hemm..
jatohnya cara ngomognya yang renyah dan obrolannya yang ekpresif asik
banget buat diikuti. Kalau ada yang bilang akting Sissy dibuat-buat dan
lebay, mungkin yang komen begitu temannya kurang banyak. Saya punya
teman yang persis kaya Sissy, dan dunia ini selalu indah dengan hadirnya
dia di tengah-tengah kami.
Jaya di episode pertama keliatannya
"meh" banget. Biasa aja, hidupnya desprate, nggak ada cerita spesial
dari hidup dia, dan sukses buat saya capek banget nontonin aktingya dia.
Tapi di episode kedua, ini anak makin charming, yang entah kenapa buat
aktingnya jadi terlihat lebih santai dan bisa dinikmati. Adrian is my
favorite. Adrian di dunia nyata mungkin mirip si Ditto suaminya Ayudia
Bingslamet. Charming, adorable, jago musik, dan mungkin liar di ranjang.
Aktingnya dapet, dan enak buat dinikmati.
Si Yoga mungkin mirip
saya di dunia nyata. Berasa dia doang yang paling paham urusan Syria,
genosida Rwanda, dan krisis Venezuela, padahal orang lain juga mungkin
tertarik buat ngomongin isu itu. Si Yoga ini menurut saya belum terlalu
banyak memberi warna yang mampu mengimbangi dominasi tokoh lain dalam
web series ini, selain keanehannya yang muncul di akhir episode dua.
Padahal menurut saya ketenangan aktingnya cukup menarik untuk bisa lebih
dieksplorasi. Sering muncul dan bicara belum tentu banyak memberikan
warna. Sama kayak aku ke kamu, nggak bisa kasi warna apa-apa yang bikin
berkesan. LAH KOK NYELIP CURHAT? No, pointya kira-kira begitulah si Yoga
ini. Mungkin ke depan akan banyak perannya dia dengan clue yang muncul
di akhir episode dua. Mari kita tunggu saja.
Terakhir ada si Firman,
yang jujur saya capek banget sih liat dia ngomong. Nonton deh coba! Kalo
saya sih pengennya si Firman ini cepat-cepat bhay dari series ini.
Dengan bencinya saya pada kehadiran Firman ini, artinya Candra Aditya
sukses mendirect Firman terlihat menjadi orang yang super annoying, yang
bisa bikin orang berharap dia segera tabrakan bersama dengan BMWnya ke
tiang listrik biar dapet benjol sebesar bakpao dan jadi buruk rupa agar
tidak sombong lagi.
Tapi hal yang kurang menurut saya adalah cerita
ini sangat Jakarta sentris. Meskipun realitanya memang kiblat ANJAS
adalah ibu kota, cukup sayang ketika cerita ANJAS-ANJAS luar Jakarta
nggak terwakili. Atau mungkin, sebenarnya ya ceritanya ini soal ANJAS
dari berbagai latar belakang daerah yang kumpul di Jakarta, yang
logatnya udah berubah jadi anak Jakarta semua, tapi kurang tereksekusi
dengan baik sehingga pesan yang saya dapat adalah mereka-mereka ini
anak-anak yang tumbuh besar di ibukota yang lari dari rumah ortunya dan
ngekos.
Web series ini memang lebih mencoba melihat keragaman
personality anak zaman sekarang. But then again personality itu
konteksnya akan lebih banyak dimengerti oleh anak-anak yang hidup di
kota besar. (OMG SJW eug mulai keluar). Kadang saya lelah aja dengan
narasi cerita yang selalu soal Jakarta. Kesian ANJAS-ANJAS yang merasa
mereka kurang ANJAS hanya karena hidup mereka tidak sama seperti di
series. Bagaimana dengan mereka yang suka berdoa dan membaca kitab suci?
Apakah bukan ANJAS? *omg ini saya ngelantur sih. abaikan
aja*
Tapi saya paham sih susahnya buat mengcaputure keragaman
fenomena ANJAS outside Jakarta dalam satu ruang tamu. Toh dengan cerita
seperti ini kadang sudah terasa perbedaan pandangan dari tokoh-tokohnya
yang cukup ekstrim sehingga saya bisa menebak-nebak arahnya akan
bagaimana, unless sang sutradara sudah siap dengan plot twist keren, dan
saya yakin sudah ada plot twist itu.
Intinya,
ANJAS adalah cara Provoke magazine berkontribusi menjernihkan lagi
Youtube Indonesia yang penuh dengan adegan meremas benda kenyal dan
banting-banting benda berharga ratusan juta rupiah. Sudah saatnya kita
merayakan lagi Youtube yang membahagiakan dan membuka pikiran. Tontonlah
ANJAS setiap Kamis jam 16.00 di Youtube Provoke Magazine, dan mari kita
apresiasi karya sineas muda yang pintar dan punya masa depan gemilang
seperti Candra Aditya.
OHHH ONE MORE THING, I LOVE THE THEME SONG
Jadi, aku mending review film apa hotel aja nih??
Tabik.
0 comments:
Post a Comment