Bagi kami
orang Pontianak, Imlek adalah tentang bagaimana merayakannya dengan sukacita
dan gegap gempita. Sejak kecil, kata “Konyen”- sebutan
perayaan Imlek bagi orang lokal - adalah kata yang selalu dirindukan oleh
teman-teman saya yang beretnis Tionghoa. Baru saja kami menikmati liburan
sekolah selama seminggu waktu Konyen, teman-teman saya sudah kembali berpikir
soal baju dan warna rambut apa yang akan mereka kenakan ketika merayakan Konyen
tahun depan. Sama seperti Natal bagi umat Nasrani, dan Idul Fitri bagi umat
Muslim, Imlek adalah sesuatu yang begitu dirindukan bagi etnis Tionghoa di
Pontianak.
Imlek di
Pontianak bukanlah soal seremonial belaka. Perayaan Imlek di Pontianak adalah
perayaan yang benar-benar mengakar dan begitu berkesan bagi mereka yang
merayakannya. Di Pontianak, gegap gempita Imlek akan sama dengan gegap gempitanya
Natal dan Idul Fitri. Mulai dari lamanya liburan sekolah, naiknya harga pangan,
sibuknya membuat kue, hingga toko dan kantor yang semuanya tutup tidak hanya
pada hari H perayaan Imlek, tetapi bisa sampai tiga atau bahkan lima hari
setelahnya. Semuanya berpesta kala Imlek di kota ini. Kota dimana etnis Tionghoa
menjadi penduduk mayoritas, dan budayanya memberikan warna tersendiri pada perayaan
Imlek di negeri ini. Di Pontianak, saya melihat bahwa merayakan Imlek adalah
merayakan tiga hal ini: Keluarga, Tradisi, dan Toleransi.
Imlek adalah Tentang Keluarga
Keluarga adalah tempat kita kembali. (Foto keluarga besar Revynia Raurent) |
Tidak ada
yang lebih indah selain pulang ke rumah. Rumah adalah tentang zona nyaman kita.
Di mana kita selalu diterima, di mana cerita kita selalu bermakna. Sebagai
etnis yang terkenal senang merantau, etnis Tionghoa tentunya pernah punya rasa rindu
untuk pulang ke kampung halaman tempat mereka menghabiskan masa kecil bersama
keluarga dan teman-temannya. Begitu pula etnis Tionghoa yang tinggal di kota
Pontianak. Bagi sebagian besar mereka, merantau adalah keharusan demi kehidupan
yang lebih baik, dan pulang ke rumah membawa cerita sukses kala Imlek adalah
sebuah impian.
Teman-teman
saya semasa SD dan SMP dulu mayoritas adalah etnis Tionghoa. Selepas mereka
tamat SMA, mereka akan mulai merantau, pergi melang-lang buana kesegala penjuru
bumi. Benar! Kesegala penjuru bumi, mulai dari kabupaten atau kota lain,
provinsi lain, hingga luar negeri. Banyak teman kecil saya yang bertenis
Tionghoa kini berada di Australia. Mereka mendapat visa sebagai pelajar, tetapi
lebih mengutamakan berkerja part time demi menabung dan membawa modal yang
banyak untuk membuka usaha di Pontianak suatu hari nanti. Adapula mereka yang
tinggal di Amerika, Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, bahkan Brunei
Darussalam. Mereka merantau demi impian menjadi orang sukses dan pulang membawa
rezeki bagi keluarganya.
Rindu pada
rumah yang telah mereka tahan selama bertahun-tahun akan mereka bayar lunas
ketika pulang ke Pontianak, dan waktu pulang yang paling pas adalah kala
merayakan Imlek. Jika akan pulang ke Pontianak, tiket pesawat akan mereka beli
dari jauh-jauh hari, karena kala Imlek penerbangan ke Pontianak sudah seperti
ketersediaan tiket kereta api di Jawa mendekati hari Idul Fitri, pasti sudah
habis tak bersisa. Mereka akan membelikan baju-baju untuk merayakan Imlek,
pernak-pernik, dan segala macam buah tangan dari negara rantau untuk
dibagi-bagikan pada keluarga di rumah.
Ketika
pulang, mereka akan disambut dengan sukacita. Makan besar, foto bersama, dan
berkunjung ke semua kolega. Lama biasanya mereka akan menetap di rumah sebelum
kembali merantau. Mereka setidaknya menunggu sampai hari ke lima belas atau Cap
Go Meh, yang adalah perayaan menutup masa Imlek sebelum kembali berpisah dengan
keluarga. Jatah cuti kerja mereka jaga betul, supaya bisa pulang dalam jangka
waktu lama.
Meskipun
mereka berkerja di negara yang penduduk Tionghoanya menjadi mayoritas, dan
bahkan mereka berkerja di daerah dimana leluhur mereka berasal, tetapi pulang
ke Pontianak adalah pilihan mereka. Pontianak, Indonesia adalah rumah mereka,
bukan Beijing, Taipei, Sydney atau Kuala Lumpur. Kerena bagi mereka setiap
Imlek adalah tentang berkumpul kembali dengan keluarga dimana mereka dibesarkan.
Karena makan masakan ibu adalah penghiburan rindu yang hakiki. Karena rumah
adalah soal tangis dan tawa yang akan terus membekas di hati. Setiap Imlek,
kami di Pontianak kembali menghargai tentang pentingnya keluarga. Karena sejauh
apapun kita melangkah, keluarga adalah tempat kita akan kembali.
Imlek adalah Tentang Melestarikan Tradisi
Meriahnya Gang-Gang Kecil di Kota Pontianak Menyambut Imlek (Foto Glory Eva) |
Meneruskan
tradisi leluhur bagi kami orang Pontianak adalah tentang menjaga identitas,
tentang tetap menjadi unik di tengah zaman yang mencoba membuat segalanya
semakin seragam. Begitu pula kala Imlek di Pontianak. Saya sendiri tidak punya
keharusan untuk merayakan Imlek, karena tidak memiliki keturunan darah Tionghoa.
Tetapi karena setiap hari saya berinteraksi dengan mereka, maka turut
berbahagia dalam bahagia mereka adalah keharusan bagi saya. Karena ketika Imlek
kami tidak berpikir lagi tentang siapa kami, tetapi kami berpikir apa yang bisa
kami lakukan untuk menjaga tradisi Imlek yang terkenal meriah di kota ini.
Karena Pontianak dan riuhnya kota ketika Imlek tiba adalah sesuatu yang tidak
bisa terpishakan.
Tradisi
menjelang imlek akan mulai terasa sekitar tiga minggu sebelum Imlek datang. Pada
gang-gang perumahan yang banyak dihuni oleh warga etnis Tionghoa, akan berdiri
gapura-gapura berhiaskan lampion dan lampu warna-warni. Lampion juga akan
dipasang pada setiap rumah, dan jasa tukang bangunan akan laris karena
banyaknya permintaan untuk mengecat kembali rumah dan melakukan renovasi kecil
disana-sini untuk menambah indah suasana rumah.
Sekitar dua
minggu sebelum Imlek, ibu-ibu akan mulai membuat kue kering untuk menjadi
suguhan tamu selama Imlek. Ada yang membuat kue untuk dijual kembali kepada koleganya
yang tidak sempat membuat kue sendiri, ada pula yang membuat sendiri kue
Imleknya karena masih punya waktu atau sekadar untuk menghemat pengeluaran.
Anak-anak muda akan mulai membicarakan tentang baju baru dan barang apa saja
yang mereka akan beli untuk tampil trendi di hari Imlek. Salon dan pusat
kecantikan juga akan ramai dengan antrian mereka yang ingin melakukan permak
tampilan diri. Semuanya ingin terlihat menarik dengan gaya rambut, warna
rambut, dan baju baru.
Soal warna
rambut, saya pribadi merasa ini adalah tradisi yang cukup unik. Beberapa orang
akan mengganti warna rambutnya dengan warna yang mencolok seperti pirang,
merah, biru, dan hijau selama masa Imlek. Entah apa maksudnya, tetapi saya
melihat bahwa makna warna rambut baru tersebut melambangkan kegembiraan. Barang
baru, penampilan baru, dan segala sesuatu yang seolah begitu gemerlap kala
Imlek, saya rasa adalah bentuk usaha mereka agar tampil dengan pantas menyambut
rezeki di tahun yang baru. Karena ketika kita memang pantas, maka sang pemberi
di atas sana pasti akan memberikan rezeki kepada kita.
Menu Makan Besar Imlek di Pontianak (Foto Revynia Raurent) |
Pada malam
menjelang Imlek, kota Pontianak akan ramai dengan mereka yang turun ke
ruas-ruas jalan untuk menyalakan kembang api. Letupan bunyi-bunyian terompet dan
mercon menggema di seantero kota. Tanjidor akan berkeliling ke rumah-rumah
turut meramaikan suasana. Kelenteng-Kelentang akan ramai para pendoa, dan
keluarga-keluarga telah siap dengan makan malam Imleknya. Malam itu menjadi
puncak keriaan dari segala persiapan Imlek sepanjang tahun sebelumnya.
Semeriah-meriahnya kembang api malam itu, saya yakin hati mereka akan lebih
meriah di malam tahun baru Imlek.
Pagi hari
di hari raya Imlek, seperti biasa akan ada kumpul keluarga dan bagi-bagi angpao
akan menjadi acara yang paling ditunggu oleh kaum muda. Di hari pertama hingga
Cap Go Meh lima belas hari kemudian, tradisi berkunjung ke keluarga dan
bersilahturahmi dengan kolega akan terus berlansung. Tradisi itu masih terjaga
hingga kini di kota Pontianak, bahkan waktu zaman SMP dulu, kami pernah meminta
sekolah menambah hari libur dengan alasan kami belum berkunjung ke banyak
saudara. Karena semakin banyak orang yang dikunjungi, maka tradisi untuk
menjaga persaudaraan itu tentu akan terus hidup dan semakin membumi pada setiap
kami warga kota Pontianak.
Imlek adalah Tentang Toleransi
Barongsai menjadi hiburan bagi semua orang (Foto Glory Eva) |
Tetapi yang
benar-benar mendidik saya tentang toleransi di Pontianak adalah tentang budaya
silahturahmi yang begitu terjaga. Ketika saya hidup di Jawa dan pertama kali
merayakan hari besar keagamaan, saya kaget karena tidak ada yang menawarkan
saya untuk berkunjung ke rumahnya. Saya juga tidak melihat tumpukan toples kue
di ruang tamu rumah sebagai tanda sedang merayakan hari besar. Karena di
Pontianak, hari raya bukan hanya dirayakan dalam lingkup keluarga. Pada hari
raya, meskipun anda tidak dikenal, apapun latar belakang anda, entah itu hari
Natal, Idul Fitri atau Imlek, maka perjamuan akan selalu tersedia bagi anda
pada setiap rumah yang merayakannya. Maka ketika Imlek, saya pasti akan
berkunjung ke rumah teman-teman saya yang merayakannya. Kadang saya juga sering
dipanggil masuk oleh tetangga di sekitar rumah teman saya, meskipun saya tidak
kenal. Tetapi dari sana saya belajar tentang silaturahmi. Tentang tali
persaudaraan, tentang memberikan dengan tulus ikhlas pada semua orang tanpa
pandang bulu. Itulah toleransi yang begitu saya rindukan ketika merantau jauh
dari Pontianak.
Saya memang
tidak merayakan Imlek. Tetapi saya merasakan suka cita Imlek yang begitu hidup
di kota Pontianak. Bukan saja pada seremoni dan festival pada jalan-jalan
protokolnya, tetapi juga pada gang-gang sempitnya. Pada senyum mereka yang
mengundang kami untuk masuk dalam rumahnya, untuk dijamu dengan kudapan Imlek
terbaik yang mereka punya meski tidak kenal betul kami siapa. Suka cita Imlek
begitu hidup di kota kami. Kota yang sampai hari ini masih menjaga nilai-nilai
tentang keluarga, tradisi, dan toleransi pada setiap penghuninya.
Selamat
Tahun Baru Imlek. Gong Xi Fa Chai.
wah IMLEK di Pontianak meriah sekali :)
ReplyDeletetravellingaddict.com
iyaa kak d Pontianak meriah sekali Imleknya
DeleteAaah suka sama tulisannya... Good luck Ghana!
ReplyDeletemakasih ka Nidy... trims jugaa doanya :D
DeleteWah ternyata Blogger Pontianak juga ya? :-D
ReplyDeletekeren jadi juara, selamat ya om :D
ReplyDeleteHwaa hwaaa tulisannya menang. Selamat ya :) nanti kalo ke Palembang sapa-sapa ya :)
ReplyDeleteOmnduut.com
Semua rindu pulang...itu yang aku alami sekarang Ghan...dimana zona nyaman itu ada. Hehe...jadi berkaca kaca mbacanya. Selamat ya...
ReplyDeletebacanya adem kak ghana.. mari mampir ke rumah di jambi... biar dijamu.. eh malah sekarang udah menang lomba bakal dijamu mpek - mpek di palembang. Selamat yooo
ReplyDeleteBaca tulisannya adem banget deh :') Selamat ya kak menang lombanya!
ReplyDeleteThis holiday is very important and significant for every resident since childhood, since everyone believes that at this moment everything can only change for the better.
ReplyDelete