
— Pasar Senthiling Semarang 1914
‘Ini
Tentoonstelling telah dibikin goena peringetan kamerdika'annja
Nederland seratoes tahoen. Haroes diakoeh ini ada satoe Tentoonstelling
paling besar di Hindia Nederland…“ - Liem Thian Joe, wartawan Warna Warta, dalam boekoe Riwajat Semarang: Dari Djamannya Sam Poo sampe Terhapoesnya Kongkoan
Semarang,
ibu kota Jawa Tengah merupakan salah satu pusat peradaban pada masa
Hindia Belanda. Sebagai kota yang cukup besar dan penting pada masa itu,
baik pemerintah dan pengusaha tidak mau ketinggalan untuk membangun
kantor dan perusahaan di kota Semarang. Bersama Batavia dan Soerabaja,
Semarang menjadi kota pelabuhan terbesar dan tersibuk pada masa itu.

— Sudut Pasar Senthiling Semarang 2014
Pada
tahun 1914, para pengusaha Semarang - termasuk Oei Tiong Ham si raja
gula - berkerja sama dengan pemerintah kolonial mengadakan sebuah pasar
malam atau expo berskala internasional. Expo tersebut dianamakan
Koloniale Tentoonstelling. Menempati area lebih dari 30 hektar, pameran
tersebut berhasil menggaet peserta dari berbagai negara seperti RRT,
Jepang dan negara-negara Eropa. Pasar malam ini kemudian akrab di
telinga masyarakat semarang dengan nama pasar malam senthiling, akibat
salah melafalkan Tentoonstelling.

—Kios penjual majalah dan buku kuno Pasar Senthiling Semarang 2014
Seratus
tahun berlalau, dan hampir semua generasi baru bangsa ini tidak pernah
kenal dengan pameran terakbar di Asia Tenggara pada zaman itu, terlebih
warga Semarang, sebagai lokasi yang dipercaya untuk menjadi sorotan
dunia sebagai tuan rumah pameran tersebut. Untunglah pemerintah, dan
beberapa komunitas budaya dan sejarah Semarang menghidupkan kembali
Pasar Senthiling. Dikemas dalam konsep festival kota lama, selama tiga
hari dari tanggal 19-21 September 2014, pasar rakyat ini menghadirkan
berbagai jenis acara. Ada pameran, hiburan musik, stand jajanan kuno,
pasar barang antik dan talk show di Semarang Art Gallery bersama Ellen
Van Os. Ellen adalah cucu dari Baronesse van Hoevel, satu-satunya
perempuan yang menjadi panitia Tentoonstelling. Oma Baronesse juga
seorang pejuang emansipasi wanita dan tertarik dengan perjuangan R.A.
Kartini.

— Pameran De Vrouw @ Semarang Art Gallery
Pada
kesempatan ini pula, Semarang Art Gallery yang berlokasi di kota lama,
melakukan pameran bertajuk De Vrouw (The Women) yang menampilkan
perjuangan para wanita untuk memperjuangkan emansipasinya. Diantara
tokoh yang di pamerkan ada Anne Avantie, N.H. Dini, Nyonya Mener dan
R.A. Kartini. Selain itu pasar ini di didesain agar mirip dengan pasar
Senthiling 100 tahun yang lalu, dimana terdapat paviliun jawa, belanda,
dsb. Transaksi di pasar ini juga menggunakan uang kuno, kita hanya perlu
menukar uang masa kini dengan uang kuno di tempat yang telah
ditentukan. Sangat menarik belajar sejarah seperti ini, semoga tidak
berhenti di perayaan 100 tahun saja, tetapi berlangsung terus dan bahkan
bisa mengembalikan prestise pasar Senthiling 100 tahun yang lalu.
FOTO-FOTO:

— De Vrouw

— Ellen Van Os familly

—Nyonya Mener dan rempah-rempah

— Sepenggal cerita Kartini

— Bersama Ellen Van Os

— Bersama Anne Avantie
0 comments:
Post a Comment