Air
tak pernah bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa makanan
manusia masih dapat bertahan hidup. Tanpa air, manusia cepat atau lambat
pasti akan menyerah dengan kehidupannya. Bahkan sebagian besar tubuh
manusia adalah air, darah pun adalah air. Sehingga kita perlu untuk
menjaga air
agar tetap beredar dalam kehidupan kita. Posting ini merupakan
partisipasi saya
dalam Posting Bareng Travel Bloggers Indonesia bertepatan dengan Hari Air 2015.
Saya sejujurnya tidak punya data lengkap tentang keadaan air, khususnya air
asin dalam tulisan saya kali ini. Pada saat menulis, internet saya mati dan
harus cukup pintar merangkai kata agar terdengar informatif. Namun, jika kata
saya masih tidak informatif, biarlah foto yang berbicara.
Keadaan pelabuhan nelayan Tanjung Mas
Kemarin saya berkunjung ke pelabuhan Tanjung Mas Semarang. Melihat
keadaan pesisir utara Jawa ini, saya tertegun. Air telah tercemar dengan minyak
dan oli kapal-kapal yang bongkar muat disana. Apabila anda datang di malam hari,
maka anda kan melihat gelombang yang berwarna hijau menyala seperti fosfor,
yang adalah lapisan minyak. Tidak cukup air saja yang tercemar, rantai makanan
pun akan tercemar. Masyarakat sekitar biasa memancing di tepi pelabuhan untuk
mencukupi kebutuhan hariannya. Jika menangkap ikan yang hidup di air tercemar,
maka ketika ikan tersebut dimakan terdapat kemungkinan manusia juga akan
tercemar. Padahal banyak anak-anak yang juga tinggal di daerah tersebut dan
makan hasil tangkapan ikan dari sekitar pelabuhan. Sulit tentunya untuk
meregulasi hal ini, tetapi tentu bukan tidak mungkin. Paling tidak sosialisasi
untuk berhati-hati dengan tumpahan minyak dan oli bisa dimulai dari para
nelayan kecil disini.
Banyak penduduk yang memancing di sekitar pelabuhan
Seorang ibu memberi makan sore anaknya diatas kapal
Air yang tadinya sahabat manusia, kini seolah jauh dari
manusia. Ketika hujan datang, maka daerah Tanjung Mas akan tergenang. Apalagi ketika
banjir rob tiba. Penurunan tanah terjadi secara konstan di daerah ini. Pernah saya
datang ke sebuah kampung di dekat tempat pelelangan ikan di sekitar pelabuhan,
ada rumah yang tingginya hanya setengah badan saya akibat penurunan tanah. Warga
tidak lagi bisa berdiri dalam rumahnya. Penurunan tanah terjadi karena salah
satu sebabnya adalah penggunaan air tanah yang berlebihan. Ketika air tanah
habis, maka ruang dalam lapisan tanah yang tadinya menampung air akan kosong
dan amblas. Tidak tahu apa kebijakan yang telah diambil pemerintah, tetapi
melihat banyaknya rekan asing yang melakukan penelitian coastal area di daerah
ini, sepertinya masalah ekosistem pesisir Tanjung Mas cukup darurat untuk
segera ditangani.
Pantai asing yang saya kunjungi
Dari Tanjung Mas, awalnya saya ingin mengunjungi monumen Jepang,
di sebuah bekas taman wisata di dekat pantai Marina. Tetapi jalan masuk kesana
yang adalah jalan tanah sedang becek, akibat semalaman Semarang diguyur hujan. Saya
kemudian mengambil jalan paving block yang menuju pada sebuah terminal peti
kemas. Sampai pada ujung jalan saya parkirkan motor saya dan mencoba menjelajah
disana, sapa tahu bisa bertemu pantai lain. Daerah itu sepertinya adalah daerah
timbunan tanah. Tumbuh ilalang-ilalang dan terdapat sebuah kolam kecil yang
merupakan lembah dari tumpukan tanah di sekitarnya. Tak jauh dari tempat itu,
terpampang laut Jawa dengan batas cakrawala. Mangrove tumbuh ditepian pantai dan masih
melindungi daerah tersebut dari terjangan ombak. Sebuah pemandangan yang
kontras dari pelabuhan yang berjarak hanya beberapa kilometer dari tempat ini.
Mangrove dengan pelabuhan di kejauhan
Menanam mangrove adalah salah satu cara kita bersahabat
dengan kerasnya air laut. Dengan tumbuhnya mangrove, tumbuh pula ekosistem baru
di daerah tersebut. Ikan, kepiting, udang, burung bangau, ular, biawak, dll
akan hidup terlindung dalam ekosistem bakau. Bakau juga membuat abrasi dapat ditekan,
sehingga masyarakat aman dan tidak kehilangan tanahnya. Tetapi lebih dari itu,
air laut tidak menjadi sesuatu yang menakutkan. Air laut kembali menjadi
sahabat manusia, yang memang pada hakikatnya manusia dan air harus bersahabat.
Memang bukan pemandangan spektakuler, tetapi sungguh bahagia itu sederhana
Dengan pesatnya arus urbanisasi, dimana satu juta orang
diseluruh dunia setiap minggunya pindah ke kota, kondisi air di kota besar,
kususnya kota pesisir harus sangat dijaga. Penggunaan air tanah yang bijak
harus dibudayakan sejak dini. Kota pesisir adalah daerah yang rawan dengan
kondisi air tanahnya. Jika air tanah menipis, maka ada kemungkinan terjadi intrusi
air laut yang membuat air tanah menjadi payau dan tidak layak minum. Padahal sumber
air tawar sudah sangat langka. Tetaplah bijak bestari untuk melindungi air
di bumi.
- - Wisata Tasik Kenyir, Eco Tourism atau Ego Tourism Park? oleh Olive Bendon
- - Kelana Air oleh Badai Taufan Gio
- - WWD 2015: Mau Mencemari Sungai Indonesia dengan Berapa Milyar Bakteri Lagi? oleh Imama Lavins
- - Peduli Lingkungan di Hotel oleh Lenny Lim
- - Apa itu Ketahanan Air? oleh Titiw Akmar
- - Wae Latu, Berkah Air Bagi Kampung Sepak Bola oleh Atrasina Adlina
- - 10 Waterfalls. 10 Splashes of Experiences oleh Tracy Chong
- - ke mana air ciliwung mengalir? oleh Indri Juwono
- - Nasehat untuk Para Penghujat Hujan oleh Arie Okta
0 comments:
Post a Comment